Maret 4/31

Petir

"Sayang terima kasih untuk yang tadi. Percayalah aku sungguh mencintamu."

Satu pesan belum terbaca yang sengaja ku baca dari ponsel suamiku. Sore ini hujan di luar belum reda ketika petir kembali menyambar. Aku telah mengingkari janji pra pernikahan kami, bahwa masing-masing dari kami tak akan pernah sekalipun membuka pesan atau surat elektronik atau mengangkat telepon dari siapapun di ponsel pasangan kami. Aku telah mengingkari janji yang telah kami jaga selama bertahun-tahun pernikahan kami.

Kupandangi tubuh kecil Yash, anak pertama dan terakhir kami. Tubuh kecil itu telah lelap dalam tidurnya. Jiwanya telah luruh dalam lelahnya. Lelaki ceria itu tak pernah melihat ibunya menangis. Mengetahui dia telah tak terjaga, menderaslah hujan dari mataku yang sedari tadi aku tahan. Iya, anak lelakiku hanya akan mempunyai kekuatan karena ketegaran ibunya, bukan kekuatan yang datang akibat dendam untuk melindungi ibunya yang lemah. Anak lelakiku tak akan pernah melihat ibunya menangis apapun penyebabnya, termasuk kematian apalagi perselingkuhan.

1 comments:

Tuhan gemar bercanda, dan saya sedang berusaha tertawa

Powered by Blogger.