Memelihara Ingatan


#MemeliharaIngatan

(Lewes Road, Brighton – Desember 2015)
Ini gelas bir kesekian yang kuminum malam ini. Mataku masih menatap tajam ke layar laptop. Jemariku terus mengetikkan kata demi kata. Laporan ini harus kelar sebelum jam 3 pagi. Setidaknya aku punya waktu 3 jam untuk melelapkan mata.

Bekerja di organisasi riset macam ini memberikan cukup banyak tekanan, khususnya deadline. Aku musti pinter-pinter bagi waktu antara ngerjain tesis dan ngerjain riset ini. Tapi, kalo gak gini, aku gak bakalan punya duit lebih buat biaya hidup. Uang beasiswa yang kudapat hanya cukup untuk membiayai tuition fee sekolahku dan biaya apartemen di sini. So, this is the most feasible way to get some money.

Jam sudah menunjukkan pukul 1.30 AM. “Done!”, pekikku dalam hati. Ah, akhirnya bisa kelar sebelum jam tiga. Aku minum lagi sisa bir di gelasku. Aku kirim email kerjaan yang baru saja ku rampungkan. Yup! Sent!
Belum sempet aku tutup halaman browserku, aku sedikit tersentak dengan email yang masuk.

Gent : Bi, loe apakabar?
Jantungku berhenti berdetak sepersekian detik. Setelah lama banget ni orang ngilang dari hidupku, terus sekarang tiba-tiba muncul lagi dan nanyain aku lagi di mana. Aku lagi di negeri orang woy!!
Aku : Hai Gent..! Kabar baik di sini. Cuman sedikit flu, mungkin karena lagi musim dingin, gampang banget kena flu. Apakabarmu, Gent? Long time no see...
Gent : Take care, Bi.. Jangan lupa minum vitamin ya.. I am fine here, Bi.. Lagi kangen kamu..
Aku : Hhhmm... Gimana kabarnya Vanilla?
Gent : We are okay.. Everything went right. How’s Dito? Masih jalan sama Dito kan? Kok lama gak liat kabar dari kalian berdua...
Aku : Ohh.. Syukurlah ( Dito? Sure, we are.
Gent : Jadi, kapan kalian nikah? Hehehe
Aku : Nyelesein tesis dulu lah, Bro... Kalian sendiri, kapan married?
Gent : 15 Januari besok ini Bi. Usahain dateng yaa...!!
Aku : wuaahhh... I am so glad to hear that! Heh?! Gilak loe?!! Tiket pesawat mahal, wooyy!!!
Gent : Yaahhh.. Demi gue laahh.. bawain novel yang udah loe janjiin itu.

Aku benci banget sama orang satu ini. Apalagi ketika inget waktu dia ngenalin Vanilla, si cewek dengan rok mininya. Aku juga benci banget ketika harus merindukan dia diam-diam. Aku benci memendam rasa ini. Aku benci ketika harus berjuang keras membuat rasa ini mengkristal dan menyimpannya di bagian paling jauh di dalam sana, di hati. Aku benci harus memiliki rasa ini, sementara yang selama ini menggenggam tanganku bukan dia. Sementara yang menghapus tangisku bukan dia.  Reluctantly I confess that I miss you like crazy, Gent!

Aku masih gak ngebales email terakhir dari dia. Beberapa saat kemudian...
Gent: : Apa yang spesial dengan bersandar di pagar depan sekolah sembari melihat senyum simpul di wajah manismu? Aku tak pernah menyesal menyimpan perasaan ini. Aku hanya tak ingin menjadi laki-laki pengecut dengan merusak hubunganmu bersamanya. Mungkin Tuhan menakdirkan yang seperti in. Meski aku selalu berharap kisah kita tak berhenti di antara kristal rasa yang terpendam di dada. Because you are my sweet high school memories at the most, my dear Bee..

Aku menutup laptopku. Aku jatuhkan badanku ke atas kasur. Aku tutup mataku. Gent... kalo aja loe tau apa yang gue rasain sekarang. Ahh...
Sejenak aku berniat nelepon Dito. Kemudian ingat kalau dia hari ini lagi ada site visit. Pasti juga susah sinyal. Akhirnya aku urungkan niatku untuk nelepon Dito.
Ah, aku kacau malam ini. Aku harus segera tidur. Tapi...

“Gent, mencintaimu seperti melakukan penantian yang tak bermuara. Merindumu menjadikanku seseorang yang seolah tak setia. Hanya karena aku melakukannya diam-diam.  Kamu seperti hujan, datangnya suka tiba-tiba. Seperti juga hujan, yang datangnya membawa kenangan, sepotong pun utuh. Gent, bulan depan kau akan menikah!”

Tepat jam 6 pagi aku udah bangun. Ups, ada chat whatsapp dari Dito.
Dito : Selamat hari hujan sayaaang... Tidak berlebihan kiranya jika aku berucap rindu padamu hujan kecilku... Dan apakah gemericik itu berasal dari hati yang merindu? –aku,

0 comments:

Post a Comment

Tuhan gemar bercanda, dan saya sedang berusaha tertawa

Powered by Blogger.