Kebodohan Segala Bidang



“Kamu beneran ngomong gitu ke dia?”

Pertanyaan itu dilontarkan seorang teman begitu selesai aku bercerita bahwa aku menghubungi wanita itu. Aku yakin dia mengetiknya dengan mata melotot dan menggeleng-gelengkan kepala. Aku membacanyapun sambil nyengir. Bagaimana tidak, aku mengakui bahwa aku telah melakukan hal bodoh dengan menghubungi wanita itu dan memberinya daftar kebiasaan dari lelaki yang telah memilih wanita itu untuk menjadi kekasihnya daripada terus menjadi kekasihku. Aku seolah seperti wanita menyedihkan yang ketakutan tidak akan “laku” lagi setelah kehilangan kekasihnya. Aku benar-benar seperti wanita yang sedang mengemis kepada wanita lainnya untuk berbaik hati mengembalikan kekasihnya lagi. Aku memang terlalu bodoh, sebab aku butuh waktu lebih dari empat tahun untuk bisa menyadari bahwa yang selama ini bersamaku tidak benar-benar mengasihiku. Aku tidak pernah menyesali kebodohanku itu, kau tahu kenapa? Sebab setelah membaca balasan yang diberikan oleh wanita itu, aku tahu dengan benar telah melepaskan kekasihku untuk orang yang seperti apa.
Oh. Jangan salah, aku tidak mengklaim bahwa aku lebih baik daripada dia atau dia lebih buruk daripada aku. Hanya saja, aku semakin menyadari bahwa Tuhan pasti memberikan pasangan yang pantas untuk setiap-tiap manusia.

Itu kebodohan pertama yang tidak akan kusesali. Aku akan menuliskan tiga kebodohan lain, yang juga tidak akan pernah kusesali selamanya. Kau tahu, aku akan sering-sering membaca tulisan ini untuk menggetok kepalaku sendiri jika suatu hari timbul sedikit saja penyesalan.

Kebodohan berikutnya adalah keputusanku untuk mulai belajar menggambar.

“bocah edan” begitu tanggapan seorang kawan ketika kuminta untuk mengajariku menggambar.
“aku ndak punya alasan segila Sitra, tapi tolong ajari aku menggambar” begitu kata seorang teman yang meminta kawanku itu juga untuk mengajarinya menggambar.
Aku tidak akan menyesal sebab setelah sekian waktu aku belajar menggambar mulai dari benda-benda kecil hingga aku sampai pada tujuanku semula, aku malah keasyikan meneruskan menggambar orang-orang lain setelah aku bisa menggambar wajahnya dengan tanganku sendiri.

Kebodohan terakhir yang tidak akan pernah kusesali adalah berhenti bekerja.
Aku mendapatkan pekerjaan yang begitu baik untukku dari segala segi. Pekerjaan yang kudapat setelah kesana-kemari mengalami penolakan. Pekerjaan yang tidak hanya memberiku penghasilan tapi juga beberapa orang yang sudah seperti saudara. Pekerjaan yang menyelamatkanku dari kesedihan sebab masalah yang menimpaku sebelumnya.
“Baiklah, besok aku akan memberi tahu atasanku bahwa aku memutuskan untuk bertahan paling tidak sampai satu atau dua tahun ke depan” begitu kataku setelah kami berbicara semalaman suntuk untuk merundingkan sesuatu yang bersangkutan dengan masa depanku, masa depannya, masa depan kami. Kami mencapai kesepakatan untuk bersabar sekian waktu menjalani hubungan jarak jauh yang terbentang di depan mata.

“Lho, kok bisa?” katanya setelah aku memberitahunya bahwa aku telah mengundurkan diri. Aku tahu, dia pasti merutuki perdebatan panjang tak berguna kami kemarin malam. Waktu itu aku juga tidak benar-benar mengerti kenapa malah kalimat pengunduran diri yang meluncur dari bibirku. Mereka terlontar begitu saja.

Tapi aku tak pernah menyesalinya, sebab kini aku mengerti bahwa makan dengan tahu goreng dan sambal korek berdua jauh lebih nikmat daripada makan udang bakar di restoran seafood mahal di Pantai Jimbaran seorang diri.

***
ditulis bersama #nyincingdaterclub dengan tema #tigahalbodohyangtidakakankusesali
maap telat :*

0 comments:

Post a Comment

Tuhan gemar bercanda, dan saya sedang berusaha tertawa

Powered by Blogger.